17.7.09

Rivalitas

Awalnya tidak ada Inter dan Milan. Yang ada hanya Milan, klub yang didirikan Alfred Edwards pada 16 Desember 1899. Pada tahun 1908 timbul perpecahan. Sekelompok orang Italia dan Swiss, yang menjadi pengurus klub, tidak senang melihat dominasi pemain asal Italia di dalam skuad I Rossoneri. Mereka ingin klubnya menerima lebih banyak stranieri alias pemain asing. Pendapat itu ditolak Milan. Akibatnya, para pemberontak ini memisahkan diri dan membentuk Inter. Rivalitas muncul dan terasa panas karena Milan menganggap Inter adalah pengkhianat. Sebaliknya, Inter juga selalu berusaha menjadi oposisi yang berseberangan dengan Milan.

I Nerazzurri memilih kostum berwarna biru, yang dikenal sebagai anti-merah, warna seragam Milan. Sesuai dengan sejarah, Inter sampai sekarang didominasi oleh stranieri. Sebaliknya, Milan masih punya sejumlah Italiano penentu. Ketika Milan memiliki trio Belanda, Ruud Gullit-Marco van Basten-Frank Rijkaard, Inter langsung menandingi dengan trio Jerman: Andreas Brehme-Lothar Matthaeus-Juergen Klinsmann. Ini jelas indikasi persaingan karena di era 1980 dan 1990-an, Belanda-Jerman adalah dua musuh bebuyutan. Karena rivalitas ini, derby della Madonnina menjadi sebuah partai yang seru. Nama Madonnina sendiri diambil dari salah satu landmark utama kota Milano, yaitu patung Bunda Maria di atas Katedral Milano, yang biasa disebut Madonnina.

Persaingan antara Inter dan Milan bahkan pernah meracuni tim nasional Italia. Di era keemasan Sandro Mazzola di Inter dan Gianni Rivera di Milan, mereka nyaris tak pernah main bareng di tim nasional. Kalau Mazzola main, Rivera cadangan. Begitu pula sebaliknya. Terkadang, dua pemain ini saling menggantikan di tengah pertandingan. Kekalahan Italia dari Brasil di Piala Dunia 1970 disebut-sebut karena rivalitas ini. Mazzola menjadi starter dan Rivera baru masuk di menit ke-88, padahal skill individu Rivera dipandang mampu menyulitkan Brasil.

Beda Gaya

Rivalitas Mazzola-Rivera, yang menjadi simbol persaingan antara Inter dan Milan, akhirnya terbawa sampai sekarang dalam bentuk perbedaan karakter permainan kedua tim.

Mazzola adalah produk Helenio Herrera, pelatih Inter di era 1960-an yang dikenal sebagai penemu catenaccio atau pertahanan gerendel. Sebaliknya, Rivera dibentuk oleh Nereo Rocco, pelatih yang mementingkan sepakbola indah kendati ia juga sedikit menganut taktik catenaccio. Inter di tangan Herrera dikenal sebagai La Grande, tim terbaik yang pernah dimiliki La Beneamata. Wajar apabila karakter permainan Inter selalu dikaitkan dengan tim tersebut. Citra Inter sebagai tim pengusung catenaccio terpatri sampai sekarang. Di lain pihak, Milan memuja sepakbola indah. Karakter itu kian jelas setelah Silvio Berlusconi menjadi presiden. Milan selalu mencoba mengumpulkan pemain terbaik dengan harapan mereka menghadirkan sepakbola indah.



Sadro Mazzola


Gianni Rivera

Template by : kendhin x-template.blogspot.com